Persiapan E-learning; ICT untuk Guru dan Karyawan

Tulisan ini mengungkap bagaimana SMK Negeri 3 Jakarta mendekati e-learning dengan mempersiapkan guru dan tenaga kependidikan dalam punguasaan ICT. Sebuah pengalaman praktis yang semoga bermanfaat buat pengelola pendidikan negeri makmur ini.

Silahkan simak tulisan selengkapnya:

Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup generasi penerus. Sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah, Sekolah Menengah Kejuruan secara umum bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.

Tujuan khusus pendidikan SMK adalah menyiapkan peserta didik agar dapat hidup mandiri, mengisi lowongan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, mengembangkan sikap professional, mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berbagai proses di SMK mengarah kepada upaya-upaya sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas organisasi dan manajemen sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif; (2) Meningkatkan kualitas KBM dalam mencapai kompetensi siswa berstandar nasional /internasional; (3) Meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam mewujudkan standar pelayanan minimal (SPM); (4) Meningatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam mendukung pengusaan IPTEK; (5) Meningkatkan kualitas SDM dan kualitas pembinaan kesiswaan dalam mewujudkan IMTAQ dan Sikap kemandirian; (6) Meningkatkan kemitraan dengan DU/DI sesuai prinsip demand driven; (7) Meningkat-kan kualitas pengelolaan unit produksi dalam menunjang dalam menunjang kualitas SDM; (8) Memberdayakan lingkungan sekolah dalam mewujudkan wawasan wiyata mandala.

Sekitar 10 tahun yang lalu, negara-negara Asia seperti Singapura, Hong, Kong, Japan dan Negara Korea mulai mengembangkanusaha mereka pada program tingkat nasional dengan menanamkan Informasi dan Teknologi Komunikasi (ICT/Information Communication Technologi) ke dalam sistem pendidikan. Di catatan ini, kita mengambil istilah belajar teknologi sebagai ICT untuk belajar.

Pada awalnya, belajar teknologi adalah tidak menyebar. Sebagai contoh, bila program acara ini adalah pertama diperkenalkan Singapura, CD-ROMs adalah salah satu dari teknologi lebih menyebarkan dengan aplikasi-aplikasi yang bertindak sebagai guru privat untuk para siswa, bisa sebagai pengganti para guru atau di dalam komplemen kepada mereka. Itu adalah sampai 1990 terlambat bahwa usaha-usaha mengandung beberapa penyelesaian. Sekolah-sekolah negara-negara Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea, Singapore dan Hong Kong kini dihubungkan dengan pertalian jalur lebar dan jaringan yang cepat dengan Internet. Bagaimanapun, banyak dari apa [yang] adalah di Internet untuk pendidikan tidak mempunyai pada dasarnya capitalised pada constructivist pendekatan terpelajar, dan bagaimana pelajaran yang dibagi-bagikan dapat dimudahkan melalui ICT. negara-negara Asia juga mempunyai satu secara khas fokus examinations-oriented kuat. Cara berpendirian ini dengan tak terpisahkan memusat instruksi di dalam kelas-kelas untuk didaktis dengan format-format seperti pengajaran kelas utuh dan guru utama berbicara ketika ilmu mendidik utama yang dilatih.

Dengan banyak penekanan di dalam pengujian-pengujian nasional tradisional, adopsi ICT selalu menantang karena kebanyakan pengujian-pengujian tidak memerlukan pelajar untuk menunjukkan berbagai ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan yang dapat enculturated dari penggunaan sesuai pelajaran teknologi. Dengan urgensi-urgensi dari satu nasional atau kurikulum dibakukan, dan beban kerja berat/lebat khas dari para guru, penggunaan terpelajar teknologi untuk constructivist pendekatan menjadi satu kemewahan yang diambil ketika para guru mencoba usaha baru dan berani. Sebagai ganti ilmu mendidik didaktis tradisional, penilaian-penilaian dan ilmu mendidik alternatif yang lebih menurut bentuk ditundukkan akan diperlukan untuk tujuan secara penuh memanfaatkan potensi terpelajar teknologi.

Saat ini di Indonesia ada 6.400 SMK dengan 114 jurusan, ada jurusan bisnis manajemen (dulu SMEA) ada teknonologi industri (dulu STM), dll. Pemanfaatan ICT di SMK sudah dimulai sejak lama yang pada intinya mendekatkan jarak antara kebutuhan dunia usaha dan industri dengan skill yang dimiliki alumni SMK.

SMK Negeri 3 Jakarta letaknya sangat strategi di pusat kota, dimana kebutuhan dunia usaha dan industri sangat tinggi karena banyak pusat bisnis yang terletak di sekitar SMK Negeri 3 Jakarta, diantaranya; Pusat Bisnis, Pasar Baru, Pertokoan Cempaka Mas, Instansi dan Departemen, Industri di Sunter, Tanjung Priok, dan lain-lain. Sementara Guru dan tenaga kependidikan masih rendah dalam hal penguasaan ICT untuk proses belajar mengajar dan melatih atau membimbing siswa menguasai ICT agar lebih siap berkarir di sunia kerja atau hidup mandiri dengan memanfaatkan ICT.

Strategi meningkatkan penguasaan ICT Guru dan Tenaga Kependidikan di SMK Negeri 3 Jakarta

a. Strategi pemecahan masalah

Strategi pemecahan masalah dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan dan melibatkan unsur-unsur sebagai berikut:

  • Guru
  • Karyawan
  • Siswa
  • Komite Sekolah
  • Dunia Usaha dan Industri
  • Dinas Pendidikan
  • Sarana yang dimiliki Sekolah
  • Perkembangan ICT di tanah air
  • Dan lain-lain

b. Tahapan operasional pelaksanaan

Agar kompetensi Guru dan Karyawan dalam hal ICT dan pemanfaatan ICT di SMK Negeri 3 Jakarta dapat berlangsung secara optimal, maka tahapan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut;

1. Inventarisasi Masalah

Dilakukan kajian bersama guru dan karyawan tentang minat mereka terhadap ICT, penguasaan, hambatan, unsur pendukung. Termasuk apa yang telah dilakukan pada waktu yang lalu berhubungan dengan ICT, dan prospek yang dapat diraih dengan pengembangan ICT. Kajian dilakukan secara formal maupun informal.

2. Workshop

Berbagai wokshop kami lakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dan karyawan SMK, diantaranya; workshop pengelolaan bahan ajar, pembuatan bahan ajar, pengelolaan arsip, pengelolaan nilai, pengelolaan jaringan, pembuatan blog untuk pembelajaran, dan lain-lain.

3. Pemenuhan Sarana dan Maintenance

Setiap unit kerja di SMK dilengkapi dengan sarana berupa Personal Komputer dan Notebook. Untuk mempermudah komunikasi dan interaksi internal dan eksternal Jaringan/Lokal Area Network (LAN) harus dibangun dan terus dirawat agar komunikasi dengan rekan di sekolah maupun rekan di sekolah lain melalui dunia maya dapat terjalin. Pencarian materi dan bahan ajar dapat dipenuhi sehingga kualitas proses belajar dapat terus ditingkatkan.

4. Insentif untuk yang berkomitmen

Perlu disiapkan budget untuk insentif guru dan karyawan yang mengelola Website Sekolah dan mereka yang menuliskan artikel di masing-masing blognya.

5. Up grading ke lembaga di luar sekolah

Berbagai kegiatan seminar, pelatihan dan lain-lain yang bertujuan untuk up grading guru dan karyawan diikuti oleh guru dan karyawan SMK hingga ke luar kota. Sekolah memberi subsidi pembiayaan untuk up grading tersebut.

6. Pendekatan dengan Dinas dan Instansi Terkait

Berbagai pendekatan dilakukan dengan Dinas Pendidikan dan Instansi terkait untuk pengembangan ICT di lingkup pendidikan. Berbagai kegiatan dapat dilakukan dilakukan dengan melibatkan SD, SMP, SMA dan SMK di sekitar sekolah dalam pemanfaatan Jardiknas, pembuatan bahan ajar sosialisasi pemanfaatan ICT untuk berbagai fihak dan lainnya.

7. Konsistensi dan inovasi

Setelah berbagai upaya telah dilakukan tetapai hassilnya belum terlalu optimal, hal tersebut terjadi karena konsistensi guru dan karyawan tidak cukup kuat untuk optimalisasi ICT, kebiasaan mengajar dan bekerja tidak secara sistematis membuat konsistensi jadi sulit dicapai. Guru dan karyawan terbiasa bekerja dengan cara yang sama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun lamanya. Sementara kemampuan untuk melakukan inovasi sedikit dimiliki oleh guru dan karyawan karena terbiasa berseragam dalam bekerja.

Kemampuan menulis dan membaca juga jadi kendala yang sulit diatasi karena kebiasaan lebih banyak berbicara dalam bekerja, sehingga upaya peningkatan kemampuan menulis dan membaca harus terus ditingkatkan.


c. Kenapa harus ICT

Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan akhir-akhir ini digalakkan oleh pemerintah dengan memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT). Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid dengan jaringan pengetahuan dan informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (life-long education), meningkatkan kinerja guru dalam bidang ICT. Pada akhimya akan mengubah sekolah di Indonesia menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dengan murid-murid menjadi pembelajar yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu, dan kreatif.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemanfaatan ICT ini adalah dengan menyediakan prasarana dan fasilitas TIK untuk murid dan guru yang memungkinkan mereka mengakses informasi, mendorong pemain kunci dalam sistem sekolah dalam menjalankan peran baru mereka, terutama dalam hal ini adalah guru. Di samping itu juga, sekolah mengintegrasikan TIK dalam pendidikan sekolah melalui kurikulum yang sesuai dan dukungan sumberdaya dan mendorong tumbuhnya lingkungan berbasis komunitas yang kondusif terhadap manajemen perubahan.
Dari realitas di atas ada beberapa hal yang patut di cermati secara arif berkaitan dengan pemanfaatan ICT ini. Hal ini berkaitan dengan implementasi di lapangan. Pertama, kemam puan sekolah untuk melengkapi fasilitas ICT. Kedua, tentang kemampuan sumber daya manusia khususnya guru dalam pemanfaatnan ICT. Ketiga, lingkungan sosial yang kurang mendukung terhadap pernanfaatan ICT.

1. Kemampuan Sekolah

Salah satu unsur yang menyebabkan ICT digunakan secara maksimal adalah dengan adanya fasilitas komputer yang memadai. Memang bila kita melihat sekolah-sekolah elit di kota besar, kita akan menemukan sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, misalnya komputer. Tetapi untuk sekolah-sekolah di daerah pinggiran kota atau kepulauan, kita akan sulit menemukan sarana dan prasarana yang lengkap terutama komputer (tentunya yang layak dan memadai untuk sebuah proses pembelajaran).

Selama ini pemerintah memang memberikan komputer kepada sebagian sekolah, tetapi untuk sekolah yang tidak kebagian harus berusaha sendiri untuk membeli komputer. Bagi sekolah elite, mungkin sangat mudah, tetapi bagi sekolah yang untuk merenovasi sekolahnya saja masih pontang-panting mencari dana apalagi untuk membeli komputer itu akan sangat memberatkan. Termasuk sekolah-sekolah swasta di daerah dan pinggiran termasuk di kepulauan yang masih tertatih-tatih untuk menghidupi dirinya. Sedangkan komputer merupakan sarana utama agar pemanfaatan ICT berjalan maksimal. Dan itu adalah masalah umum yang harus kita pecahkan bersama.


2. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kunci utama agar pemanfaatan ICT berjalan maksimal adalah guru. Untuk itu diperlukan guru yang profesional sehingga pemerintah memberikan pelatihan kepada guru-guru untuk membuat bahan pembelajaran, melatih tenaga administrasi (TU) sekolah mengenai penggunaan komputer untuk administrasi dan perawatan komputer. Sedangkan dalam kenyataannya tidak semua guru lulusan program sarjana adalah tenaga pendidik yang profesional.

Bukan karena sistem Perguruan Tinggi yang jelek, kurikulum tidak sesuai kebutuhan, dosen-dosen tidak bermutu atau alasan lainnya yang menjadikan lulusan itu tidak bermutu, tetapi ketidaksiapan dan ketidakmampuan mahasiswa untuk menempuh studi di universitas. Dan ini juga akan menjadi hambatan yang cukup serius mengingat yang menjadi kunci utamanya adalah guru dalam pemanfaatan ICT. Ketika guru-guru yang ada sudah tidak mampu, maka pemanfaatan ICT ini hanya akan menjadi wacana yang terus berkembang dan hanya mengambang tanpa ada perwujudan dalam kenyataan.


3. Lingkungan Sosial

Perkembangan dan proses belajar seseorang tidak dapat terjadi tanpa kehadiran pengaruh lingkungan (masyarakat). Begitu juga dengan pemanfaatan ICT tidak akan maksimal tanpa didukung oleh lingkungan. Di lingkungan kota-kota besar, sangat mudah untuk mencari perangkat ICT sehingga pemanfaatan ICT akan maksimal. Termasuk ketika memberikan tugas yang harus mengakses internet, misalnya, akan lebih mudah dilakukan. Akan tetapi untuk kasus sekolah-sekolah yang ada di kepulauan, misalnya, yang listrik saja harus hidup di malam hari ; tidak terjangkau provider sehingga internet tidak bisa diakses, maka pemanfaatan ICT akan kurang maksimal walaupun di sekolah itu mempunyai sarana komputer lengkap.

Jadi sangat jelas bahwa lingkungan sebagai proses motivasi sosial yang memegang peranan dalam merangsang setiap individu untuk mencapai prestasi sosial sebagaimana proses-proses motivasi akademik akan mempengaruhi prestasi akademik. Bila lingkungan tidak mendukung, maka akan sangat sulit bagi siswa untuk mencapai kesuksesan.

d. Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih

Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas, hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kebanggaan, rasa percaya diri dan komitmen terhadap tugas sebagai Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta

2. Pemahaman IT Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta lebih meningkat

3. Penguasaaan IT Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta lebih tinggi untuk efisiensi kerja sehari-hari

4. Wawasan Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta lebih tentang berbagai hal lebih

5. Interaksi Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta dengan dunia luar lebih meningkat

6. Meningkatnya peluang kerja sama dan pengembangan kualitas pelayanan pendidikan terhadap peserta didik

7. Meningkatnya kreatifitas Guru dan Karyawan SMK Negeri 3 Jakarta serta peserta didiknya

e. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih

Kendala-kendala yang dihadapi di SMK Negeri 3 Jakarta adalah

sebagai berikut:

1. Kurang minat dan motivasi

2. Terbiasa statis, sukar menerima perubahan

3. Sarana dan prasarana

4. Pasatnya perkembangan teknologi

5. Pesatnya perkembangan perangkat lunak

6. Kurang terbiasa membaca dan menulis

f. Faktor-faktor pendukung

Faktor-faktor pendukung yang ada di SMK Negeri 3 Jakarta adalah

sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa guru yang memiliki minat tinggi terhadap ICT

2. Ilmu kerja sama yang baik

3. Komite Sekolah yang akomodatif

4. Sudin dan Dinas Dikementi yang sangat mendukung

5. Apresiasi Depdiknas

6. Relasi SMK Negeri 3 Jakarta

g. Alternatif pengembangan

Beberapa alternatif untuk pengembangan pemanfaatan ICT di

sekolah adalah sebagai berikut

1. Guru dibiasakan memanfaatkan ICT sejak kuliah di Perguruan Tinggi

2. Kemampuan ICT menjadi persyaratan rekruitmen Guru dan Karyawan

3. Kompetisi kegiatan pembelajaran berbasis ICT

4. Peningkatan intensitas dan kualitas pelatihan ICT untuk Guru dan Karyawan

5. Sekolah melengkapi peralatan atas dukunung Pemda dan Komite Sekolah


SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Simpulan

Berdasarkan pengalaman yang telah di lakukan di SMK Negeri 3 Jakarta, pemanfaatan ICT ternyata berdampak terhadap perubahan budaya kerja, sehingga prosesnya harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru dan karyawan yang merespon positif, dengan indikasi mau belajar, berlatih meningkatkan kemampuan dalam bidang ICT harus terus didorong lebih optimal dengan memberi tantangan dan pekerjaan yang berdampak pada lingkungan.

2. Rekomendasi

Kunci utama agar pemanfaatan ICT berjalan maksimal adalah guru. Untuk itu diperlukan guru yang profesional sehingga pemerintah memberikan pelatihan kepada guru-guru untuk membuat bahan pembelajaran, melatih tenaga administrasi (TU) sekolah mengenai penggunaan komputer untuk administrasi dan perawatan komputer. Sedangkan dalam kenyataannya tidak semua guru lulusan program sarjana adalah tenaga pendidik yang profesional.

Image: http://www.newtrainingideas.com

6 thoughts on “Persiapan E-learning; ICT untuk Guru dan Karyawan

  1. sebelumnya mohon maap kalo ada yg kurang berkenan, saya hanya mau jujur aja nih. Intinya saya mau garis bawahi rekomendasi tsb ttg siapa saja sih yg akan memberikan guru2 utk membuat bahan pembelajaran.

    Setelah ngeBlog, lama2 saya tau blogwalking (saya lagi demen istilah ini, rasanya masih keren aja he he… ) ke bbrp blog yg bergerak di bidang ICT terutama dr kalangan dosen, rasa-rasanya kok jauuu…h banget ketertinggalan pengetahuan mereka dg produk2 yg sering di-request atau demand di pasar nyata ICT utk bisnis di Indonesia (dan dunia pd umumnya). Saya jd bertanya2 sendiri, kalo mereka ngajar ato kasih seminar, lha kalo ada yg nanya bagaimana (how-to) implementasi nyata buat bisnis apakah mereka lantas jawab OOT (Out of Topic) ya?!
    Saat ini ICT khan bukan soal komputer doang

    Betul … ICT bukan cuma soal komputer … itu tahapan awal … masalahnya, jika pendidik & tenaga kependidikan tak mau tahu ttg komputer, gmn bisa ke ICT sesungguhnya … anyway … thx 4 GOOD comment

    Like

  2. permasalahan kita sama, yaitu tetap terletak pada keterbatasan sekolah dalam menyediakan sarana ICT, SDM, dan lingkungan sosial. Terlebih kami yang bertugas di daerah. Jangankan pemanfaatan ICT untuk belajar, penggunaan komputer pun belum 50% dikuasai guru. Terus gimana wajah pendidikan kita ya?..

    Like

Leave a reply to Dedi Dwitagama Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.