
Merespon tawuran hungga menelan korban, dimana salah satu pelakunya pelajar kelas tiga sebuah sekolah menengah:
Guru 1: murid itu sudah dua kali ketangkep polisi karena tawuran, membajak bis … seharusnya murid itu sudah dikeluarkan dari sekolah karena tidak ada motivasi belajar… dia merasa jumawa karena sekolah tak berani mengeluarkan diriya, sehingga kenakalannya semakin gila.
Jika di keluarkan, mungkin dia sudah bekerja mencari uang untuk menghidupi diri sendiri dan makin banyak pengalaman di masyarakat, dalam kondisi tak berseragam niat untuk tawuran dan anarki jadi tak ada karena resikonya akan ditanggung sendiri.
Guru 2: guru tak boleh mengeluarkan anak murid, sekolah harus berusaha membentuk perilaku yang baik … Berbagai upaya harus dilakukan untuk merubah anak yang nakal menjadi baik.
Guru 3: bagaimana jika dikeluarkan, murid itu pindah sekolah, dan bersama teman-teman di sekolah barunya mengancam murid-murid sekolah terdahulu, sehingga tawuran terus terjadi.
Guru 4: saya sih tak peduli apa yg mereka lakukan di luar, yang penting saat saya mengajardi kelasnya mereka baik-baik aja
Guru 5: kenapa kalian sibuk-sibuk urusin anak murid, sementara ayah ibu yang melahirkannya tak peduli dengan kelakuan anaknya, sebagai guru yang penting kita masuk kelas saat jam mengajar, keluar setelah selesai, kelakuan atau moral anak itu urusan orang tuanya.
Guru 6: waduuuh … Saya harus bersikap bagaimana?
Sementara di ruang kelas, di tempat nongkrong anak-anak sekolah, mereka terus merancang strategi menghajar pelajar sekolah lain, persiapkan senjata tajam, atur strategi kelompok, jadwal tanggal yang bisajadi momentum berita di media … dan para orang tua makin takut, was-was setiap melepas anaknya ke sekolah, apakah bakal mati jadi korban tawuran hari ini?
Jika anda sebagai guru? Bagaimana sikap anda?
Like this:
Like Loading...