Jakarta, kota dimana Saya dilahirkan, bermain, bekerja dan berkeluarga … sejuta peristiwa dan kenangan yang bakal tak terlupa … seberapapun macet dan kerasnya Saya selalu bisa menikmati Jakarta dari berbagai sisi hingga selalu bisa produktif memberi manfaat buat sesama manusia dan alam semesta.
Tiba-tiba Saya ingat Puisi tentang Jakarta yang ditulis oleh Remy Sylado yang dulu sering Saya bacakan di berbagai Lomba atau kesempatan, bahkan sering Saya baca berulang-ulang dinikmati sendiri saat sendirian.
IBU KOTA, KOTA IBU
kalau aku makmur
kubeli jakarta, kucelup jadi putih
kau bisa bayangkan
kalau jakarta tiba – tiba putih semua
mas di puncak monas : putih
patung selamat datang : putih
pohon taman surapati : putih
lapangan sepakbola istora : putih
air ciliwung : putih
barangkali dengan putih
dosa – dosa jakarta akan tersamar
penjambretan, ponodongan, pemerkosaan
perjudian, pelacuran, pembunuhan :
putih !
putih kau tau warna kesucian
tapi putih kau pun tau, warna kekalahan
bagaimana orang bisa dipercaya bicara
jika ia berada dalam kelas yang kalah
seperti kini jakarta disesaki olehnya
kalau aku kalah
kumau kalah dengan kesucian
tapi aku tidak persis dalam kalau – ku
kunyanyikan ode ini untukmu
betapapun tak merdu, sediakanlah kupingmu
ini kota, kau tau, bukan sekedar ibu kota
tapi kota ibu
dengan sejumlah kalau
REMY SYLADO
“KETIKA KATA KETIKA WARNA”
( YAYASAN ANANDAYA JAKARTA – 1995 )