Kalo Kamu bisa Beli Jakarta Mau diapain?

“Andai aku makmur, kubeli Jakarta,
dan kamu bisa bayangkan kalau Jakarta tiba-tiba putih semua …”

Petikan puisi Remy Sylado tiba berkelebat berkali-kali di benak saya, datang tiba-tiba saat saya berkendara, saat saya berjumpa penduduk Jakarta, saat saya menikmati Jakarta, termasuk merenung saat beristirahat tiba di rumah di Jakarta. Andai tokoh dalam puisi itu bisa membeli Jakarta, maka Jakarta akan diberi warna putih pada semua tempat sesuai keinginan dirinya, karena dia yang memiliki Jakarta. Pemilik Jakarta itu akan mewarnai dinding-dinding semua bangunan menjadi putih, berangkali esensi dari putih pada puisi Remy Sylado adalah Jakarta dibuat menjadi bersih, suci dan memberi kenyamanan untuk semua penduduknya.

Karena Jakarta miliknya, maka dia akan menata bangunan di Jakarta nyaman untuk ditinggali warganya, dengan kelengkapan sarana kebutuhan sosial yang bisa membuat penduduknya sejahtera. Jalan-jalan dibuat bagus dengan trotoar yang nyaman dan dipenuhi pohon pelindung yang berbunga dan berbuah, bebas dinikmati penduduknya. Jika ada yang memetik bunga dan buah di Jakarta, pemilik Jakarta membiarkannya karena bunga dan buah itu uuntuk dinikmati bersama, tetapi ketika pohonnya dirusak, pemilik Jakarta akan memberi sangsi hukuman buat perusak tanaman dan sarana umum lainnya.

Karena Jakarta miliknya, maka dia akan merancang dan menyediakan sarana angkutan umum yang nyaman buat diri dan semua warga Jakarta agar rakyat Jakarta tak perlu membeli sepeda motor dan mobil untuk melakukan perjalanan kemanapun, sebagai pemilik Jakarta dia akan menerapkan pajak pembelian kendaraan bermotor yang mahal, tarif parkir yang selangit agar penduduk terdorong menggunanakan sarana transportasi publik dan pencemaran tak terjadi di Jakarta.

parkir1
Sumber: https://ridertua.wordpress.com/2012/09/19/kalau-parkir-yang-bener-dong/

Jakarta milik semua penduduknya, sehingga sebagai pemilik dia bebas mengendarai sepeda motor tanpa SIM, melawan arus dan parkir dimanapun dia suka, sehingga sepanjang jalan-jalan di Jakarta penuh dengan parkir sepeda motor dan mobil. Karena jalan-jalan di Jakarta punya dia, maka dia bebas kebut-kebutan di jalan siang dan malam, saat polisi menangkapnya mereka berusaha dengan berbagai cara agar bisa damai dan kebut-kebutan lagi.

Jakarta milik semua penduduknya, sehingga sebagai pemilik dia bebas berjualan dimanapun, termasuk menutup jalan umum untuk berjualan, untuk pernikahan, puntuk perayaan apa saja, tak peduli pengguna jalan harus berpindah ke jalur lain yang kecil dan membuat jadi macet berkepanjangan

Jakarta milik semua sehingga semua bebas mencorat coret dinding tiang, jembatan, bangunan dan dimanapun yang dia mau karena itu adalah miliknya. Walau sudah ditutup dengan cat warna hitam, putih atau abu-abu, pemilik dinding itu datang lagi mencoret lagi, karena itu adalah miliknya.

Jakarta milik semua penduduknya, termasuk sekolah dan perguruan tinggi, pemiliknya ingin kuliah secara gratis, belajar sesuai mood yang cenderung seenaknya, saat soal ujian susah mereka menjerit dan menyalahkan orang lain, saat tak lulus pemilik sekolah protes tak terima berpegang pada hak azasi manusia, pemilik sekolah ingin lulus dan memiliki ijazah tanpa kerja keras dan dimudahkan dalam semua aspeknya.

Jakarta milik semua pendudukmya, sebagai pemilik dia bebas makan dan minum apa saja, termasuk miras oplosan. Bebas menggunakan narkoba, jika tertangkap dan hasil cek laboratorium terbukti menggunakan narkoba tetap tak ingin dihukum karena penjara di Jakarta juga miliknya dan dia tahu banyak hal yang tak nyaman di penjara, karena sebagai pemilik penjara di Jakarta dia tahu berpa harga seporsi jatah makanan tahanan disana.

Apakah anda pemilik Jakarta?

5 thoughts on “Kalo Kamu bisa Beli Jakarta Mau diapain?

Leave a reply to ILYAS AFSOH Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.