guru miskin JAKARTA

Guru Jakarta 2009
gaji sebagai PNS diterima,
tunjangan perbaikan penghasilan/TPP masuk rekening,
tunjangan KESRA membuat tertawa,
tunjangan khusus adalah perlakuan khusus,
tunjangan SERTIFIKASI satu bulan gaji menambah pundi,
honor komite sekolah masih menggelontor

 www.masagus.info/?p=9
http://www.masagus.info/?p=9

dipotong sekian hari karena tak masuk,
marah dan memaki kanan kiri
tugas seminar tambah wawasan
bertanya berapa honor yang diterima

belanja buku hampir tak pernah
langganan majalah atau mass media tak jua ada
akses internet jadi barang mahal
satu unit komputer di rumahpun tak ada

referensi bahan ajar tak diperbaharui
cara mengajar terus sama sejak dulu
teman seprofesi tak bertambah kecuali yang disekolah
prestasi enggan diraih
senangnya berseragam kesana kemari
sama baju, sama sikap, sama datang, sama pulang
tak mau beda dalam prestasi
tak mau beda dalam gaya dan pencapaian belajar

di sekolah seperti raja
merasa orang paling senior
paling tahu banyak hal
serba bisa ini itu
selalu keras bersuara
selalu ingin masuk panitia kegiatan
marah jika tak dilibatkan
anak didik tak benar dibiarkan

ikut seleksi guru prestasi tak berani
tes calon kepala sekolah tak bergairah
jadi apa maunya dong?

selamat siang pembaca, anda termasuk guru miskin?

21 thoughts on “guru miskin JAKARTA

  1. gambarnya kok sedih gitu, harusnya ada kebanggan jadi guru.. seperti foto bpk.. penuh percaya diri

    kalau mbah dedi aja bisa yang lain kenapa gak bisa, terus apa karena gak bisa jadi harus kasihani.

    Like

  2. Pak, usul…pada kalimat terakhir harusnya ada penambahan tanda tanya. Jadi kalimat tanya. Tanya pada yang membaca gitu…

    Like

  3. saya guru honorer Jakarta
    saya tidak terima tunjangan-tunjangan
    TPP, KESRA, Khusus, dan sertifikasi
    honor komite tidak manusiawi

    mendidik siswa sepenuh hati
    melawan arus setiap hari
    belajar tiada henti
    karena ilmu pengetahuan tidak bertepi

    miskin harta tidak berarti miskin hati

    Like

    • Pada saatnya anda akan menerima tunjangan-tunjangan yang diberikan seperti saya tidak bisa langsung menerima harus ada tahapannya seperti kata Pak dedi kalo mau jadi wakil terlebih dahulu jadi Kajur atau setingkat Kajur

      Like

  4. Mr. D from your articel, I cant finded your Happines …..
    Why…… I think that’s not U……

    Kenapa ya Mr. D semangat guru2 semakin banyak tunjangan bukanya makin meningkatkan mutu kinerja malah meningkatkan minat belanja dan strategi gmana caranya menghitung cepat dan menghabiskan singkat pundi2 yang datangnya berlimpah tadi….

    Tapi moga2 itu cuma sebagian kecil aja ya Mr. D…

    Like

  5. Salam kenal Pak Dedi, membaca postingan anda ini seakan-akan “menampar” para guru yang ternyata bukan “miskin” harta, tapi “Miskin” komitmen…memang, seharusnya guru adalah orang yang berorientasi pada pelayanan, bukan pada pembayaran, agar tidak menjadi guru yang “Miskin”… nice post…:)

    Like

  6. Pak dedi saya guru honor di sekolah negeri sudah 10 thn,memang terasa sekali perbedaan antara guru honor di sekolah negeri dan sekolah swasta, tapi saya tidak pantang menyerah walau gaji saya kecil krn dibawah UMK dan skrg turun 30 % krn gaji GURU honor di ambil dari UANG BOS,saya punya prinsip rezeki bukan di sekoah saja klu kita mau berusaha pasti ada jalan sesuai dengan kemampuan dan bakat masing2 ,karena niat saya mendidik dan mengajarkan anak didik ilmu pengetahuan serta mengarahkan mereka spy beretika kepribadian yang baik..kreatif dan inovatif serta berIman.

    Like

  7. Aduh …… memelas betul nasib guru yang digambarkan bapak,saya juga guru ,tapi saya tidak sememelas itu hanya sering merasa kecewa karena jadi pendatang di kampung orang di kota kabupaten kecil di luar jawa,jarang ada kesempatan mengembangkan diri,penataran misalnya,kalaupun ada sering diberikan ke orang asli bukan pendatang seperti saya.Merana memang.Tapi apa yang bisa saya lakukan ?

    Like

  8. Maksud saya,memelas seperti orang miskin beli buku dan langganan koran saja tak bisa,tapi itu bukan karena kurang uang,tapi kurang minat baca.Atau karena orientasinya materi,kalau beli buku dan koran kan tidak kentara,tapi kalau beli barang-baramg mewah semua orang lihat.Maaf ya,agak kasar. Anggap saja omongan orang frustasi,
    Tapi pasti guru-guru di jakarta jauh lebih hebat,dp guru-guru di daerah saya.tidak semua spt yang digambarkan pak dedi.

    Like

  9. Salam Kenal Pak dedi yang saya kagumi, saya guru honor, entah kenapa birokrasi rekruitmen guru masih ruwet seperti benang kusut, seharusnya pemerintah membuat sistem administrasi guru seperti aparat negara, kalau kita sudah terdaftar atau lulus jadi guru di tempatkan di sekolah negeri sudah seharusnya menjadi PNS, “Semakin tua guru ilmunya juga semakin cetek, semakin tua guru semakin malas belajar, Semakin tua guru semakin sulit menerima ilmu”
    maaf jika saya salah bicara, tapi ini yang saya selalu lihat di sekolah kepada guru-guru senior, semoga ini pelajaran dan pengalaman kita yang tidak patut kita contoh dan harus kita rubah. demi kemajuan bangasa indonesia.

    Like

  10. salam kenal…
    saya sangat antusias banget ngeliat profil bapak yang seorang bloger guru, jarang banget loh guru itu ngeblog.

    koment mengenai diatas :
    apakah masih relevan bahwa guru minta disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa???
    saya kira sekarang guru sama saja dengan profesi yang lainnya kaya pengusaha, pedagng, danlain sebagainya, saya liat guru lebih berorientasi pada uang(gaji) dari pada memberikan contoh moral kepada muridnya.
    ini bukannya mengurangi hormat saya terhadap guru tapi menurut bapak gimana???

    SELAMAT HARI GURU NASIONAL

    Like

  11. cuma satu kalimat untuk hal yang demikian Pak Dedi…kalau boleh saya bilang:
    Guru Yang Memalukan…tidak pandai bersyukur.
    Tapi kita menyadari guru tersebut ada ditengah-tengah kita…
    salam

    Like

  12. guru adalah contoh
    guru adalah mulia
    guru adalah abadi
    guru adalah ilmu
    tiada bangunan yang megah tanpa guru
    tiada pejabat tanpa guru
    tiada keindahan tanpa guru
    tiada kedamaian tanpa guru
    kesombongan adalah orangnya
    keangkuhan adalah orangnya
    perselingkuhan adalah orangnya
    dan kemunafikan alah orangnya dan nafsunya

    Like

  13. Ass,
    Pak Dedi, terima kasih postingnya yang begitu menyentuh keprihatinan kita.
    Semoga kita semua guru-guru kini mau memulai menata diri untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, dimulai dengan memperkuat diri dengan pengetahuan dan kompetensi profesionalisme guru yang sesungguhnya, bukan hanya sekedar pemilik sertifikat profesi guru yang profesional. Jangan mengharap banyak orang lain jika kita sendiri belum bisa berbuat. Makasih, Pak Dedi.. salam dari saya teman satu kamar ketika lomba Kepsek berprestasi di LPMP Jakarta. Wassalam

    Like

    • wass

      aloooo pak daram, long time no see …. sibuk apa pak sekarang? di yayasan al azhar ya? …. kangen niiiii …. sy pengen belajar cam macam sama pak daram …. salam buat keluarga, semoga dalam sehat dan sukses slalu 😦

      Like

Leave a reply to suciptoardi Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.